Peta lokasi Museum Bahari |
Museum Bahari yang berlokasi di Jalan Pasar Ikan No. 1, Jakarta Utara, dapat dicapai melalui mobil pribadi maupun kendaraan umum. Kawasan ini memiliki area yang luas. Dahulu, kawasan ini merupakan gudang VOC.edung itu dibangun sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah dan hasil
bumi oleh Kongsi Dagang Belanda (VOC), secara bertahap sejak 1652 hingga
1759.
kawasan Museum Bahari zaman dahulu |
Pada 1976, kompleks bangunan yang terdiri atas dua bagian,
sisi barat yang disebut Gudang Barat (Westzijdsch Pakhueizen) dan
Gudang Timur (Oosjzijdsch Pakhuizen) itu, diserahkan kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Kompleks itu diresmikan sebagai Museum Bahari pada
7 Juli 1977.
Museum Bahari tampak atas dan lingkungan sekitarnya |
Di museum itu dipamerkan berbagai benda peninggalan
VOC, foto-foto, lukisan, alat navigasi, serta benda lainnya, yang
berhubungan dengan kebaharian Indonesia. Di sela-sela itu, bisa disimak
model atau replika perahu mayang, perahu lancang kuning, perahu pinisi,
dan kapal modern.
Di sebelah
barat utara laut dari Menara Pengintai, serangkaian bangunan bersejarah
sambung-menyambung dapat dilihat yang sekarang menjadi tempat Museum
Bahari. Beberapa bangunan tua yang mengesankan menunjukkan konstruksi
yang kokoh dan gaya Belanda yang khas. Semua bangunan yang terangkai
telah dipugar beberapa kali sejak musium dibuka dan dirawat dengan
sebaik-baiknya dengan mempertimbangkan dana yang terbatas. Bekas gudang
ini sudah ada sejak tahun 1652, tapi diubah dan diperbesar beberapa kali
hingga tahun 1759.
Sebagian
dari gudang ini dibangun lagi pada akhir abad ke-17 untuk memberikan
lebih banyak ruang antara tembok kota dan gudang-gudang tersebut.
Beberapa tanggal yang berbeda di batu tampak di atas beberapa pintu
gudang musium yang mungkin mengacu pada tahun ketika perbaikan,
perluasan, atau tambahan terhadap gudang dilakukan. Musium Bahari
merupakan bagian dari 'Westzijdsche Pakhuizen' atau 'Beberapa Gudang di
Tepi/Tebing Barat.' Di sini VOC menyimpan banyak sekali persediaan pala
dan lada.
Selain itu kopi, teh, dan kain disimpan di sini sebelum dikirimkan ke berbagai bandar/pelabuhan di Asia dan Eropa. Antara beberapa gudang dan tembok kota di depan musium, kongsi dagang ini menyimpan suplai tembaga dan timah. Beberapa jenis logam berharga ini dilindungi dari hujan oleh semacam balkon dari kayu yang terpasang pada bagian depan gudang-gudang tersebut. Balkon yang lebar ini juga dipakai oleh para penjaga yang berpatroli, karena jalur di tembok kota di depannya agak sempit.
Selain itu kopi, teh, dan kain disimpan di sini sebelum dikirimkan ke berbagai bandar/pelabuhan di Asia dan Eropa. Antara beberapa gudang dan tembok kota di depan musium, kongsi dagang ini menyimpan suplai tembaga dan timah. Beberapa jenis logam berharga ini dilindungi dari hujan oleh semacam balkon dari kayu yang terpasang pada bagian depan gudang-gudang tersebut. Balkon yang lebar ini juga dipakai oleh para penjaga yang berpatroli, karena jalur di tembok kota di depannya agak sempit.
balkon pada bangunan Museum bahari |
Balkon ini dihubungkan dengan lantai dua gudang-gudang yang menghadap bagian kota/bandar yang berbatas dengan laut, tapi sudah lama lenyap sejak pembongkarannya. Beberapa gancu besi besar yang dulu menyangga balkon ini masih dapat dilihat.
Tembok kota yang tersisa di depan Musium Bahari terus sampai ke Benteng Zeeburg dan sedikit lagi ke arah barat itu saja yang tertinggal dari tembok yang dulu mengelilingi Batavia selama abad ke-17 dan 18. Hanya Benteng Zeeburg dan Culemborg tersisa dari dua puluh tiga benteng dari masaitu. Buku 'Historical Sites of Jakarta' dijual di toko-toko buku di Jakarta.
Tembok kota yang tersisa di depan Musium Bahari terus sampai ke Benteng Zeeburg dan sedikit lagi ke arah barat itu saja yang tertinggal dari tembok yang dulu mengelilingi Batavia selama abad ke-17 dan 18. Hanya Benteng Zeeburg dan Culemborg tersisa dari dua puluh tiga benteng dari masaitu. Buku 'Historical Sites of Jakarta' dijual di toko-toko buku di Jakarta.
Bangunan antik gedung-gedungnya kini acap dipakai sebagai lokasi pemotretan prewedding dan lokasi pengambilan gambar bagi videoklip. Gatut juga berencana untuk memaksimalkan penggunaan Bangunan B untuk keperluan pertemuan-pertemuan.
Pintu pada bangunan Museum Bahari |
Pintu pada bangunan Museum bahari terlihat seperti gambar di atas. Memiliki unsur lengkung pada bagian atasnya seperti arsitektur pada zaman kolonial. Pintu menggunakan material kayu dengan material sejenis batu sebagai list bukaannya. Sementara jendelanya, seperti yang trelihat pada gambar di bawah, berbentuk persegi, dengan material kayu yang sama dengan material yang digunakan pada pintu.
jendela pada Museum Bahari |
Secara keseluruhan, Museum bahari memiliki pola repetisi (pengulangan) yang harmonis pada bukaan pintu dan jendela. Pintu dan jendelanya memiliki warna yang sama, yaitu hijau tosca. Bangunan museum menggunakan atap pelana dengan material atap tanah liat yang merupakan citra dari arsitektur tradisional. Dari bangunannya, tercermin zamannya, yang menandakan bahwa bangunan dibangun pada zaman kolonial karena memiliki karakter yang mampu mecerminkan arsitektur pada masa itu.
foto udara Kawasan Museum Bahari |
Salah satu koridor antar bangunan pada Museum Bahari |
Interior pada museum bahari juga menggunakan material-material tradisional, yaitu keramik dan kayu. Interior dengan kolom-kolom kayu dan balok kantilever yang besar, turut menciptakan kesan tradisional yang mencerminkan zamannya.
kolom dan balok kantilever kayu pada interior Museum Bahari |
Koleksi Museum Bahari yaitu beraneka miniatur perahu yang dipajang sepanjang koridor dalam bangunan. Pada Bangunan C, yang terletak di belakang,
bisa ditemui berbagai model perahu tradisional dalam ukuran asli. Paling
menarik adalah perahu Papua, yang dibuat dari kayu utuh.
Di tempat itu juga disimpan Cadik Nusantara, perahu bercadik yang dipakai Pemuda Pelopor Effendy Soleman berlayar seorang diri menempuh jarak Jakarta - Brunei Darussalam pergi-pulang. Museum Bahari menggambarkan tradisi melaut nenek moyang bangsa Indonesia dan juga pentingnya laut bagi perekonomian Indonesia dari dulu hingga kini.
Di tempat itu juga disimpan Cadik Nusantara, perahu bercadik yang dipakai Pemuda Pelopor Effendy Soleman berlayar seorang diri menempuh jarak Jakarta - Brunei Darussalam pergi-pulang. Museum Bahari menggambarkan tradisi melaut nenek moyang bangsa Indonesia dan juga pentingnya laut bagi perekonomian Indonesia dari dulu hingga kini.
Salah satu miniatur perahu yang menjadi koleksi Museum Bahari |
source :
No comments:
Post a Comment